Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
Malang, Jawa Timur, Indonesia

Senin, 23 Agustus 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Ditinjau dari banyaknya pengimporan ternak unggul yang terjadi di negara kita. Hal tersebut dipicu dari kurangnya tenaga ahli dalam bidang tersebut, dan juga kurangnya lapangan kerja yang ada. Dengan adanya Balai Inseminasi Buatan (BIB) ini berarti membantu negara meringankan dalam hal pengimporan ternak unggul. Disamping itu juga Balai Inseminasi Buatan (BIB) juga memproduksi semen beku, benih unggul, ternak unggul. Selain itu juga Balai ini memberikan pendapatan untuk negara.
Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti Balai Inseminasi Buatan (BIB) ini agar penulis bisa mengetahui dengan pasti cara-cara memproduksi sapi-sapi yang unggul.

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Inseminasi Buatan ?
2. Bagaimana cara memproduksi semen beku ?
3. Apa saja jenis sapi yang ada di Balai Inseminasi Buatan ?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis membatasi penulisan pada :
1. Inseminasi Buatan
2. Cara memproduksi semen beku
3. Jenis-jenis sapi

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan penelitian yaitu :
1. Agar lebih memahami cara reproduksi sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB)
2. Agar menambah wawasan dan memperbanyak ilmu
3. Memenuhi tugas lintas mata pelajaran sekolah
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian untuk mengumpulkan data-data dalam rangka penulisan karya tulis ini dengan cara sebagai berikut :
1. Metode observasi, yaitu proses pengumpulan data melalui kegiatan melihat, memantau dan menganalisa secara langsung sehingga akan lebih jelas objek yang diamati.
2. Metode tertulis wawancara / interview, yaitu cara pengumpulan data melalui obrolan atau tanya jawab serta bertatap muka secara langsung.
3. Metode tertulis, yaitu dengan menggunakan sumber-sumber dari berbagai buku sebagai panduan karya tulis tersebut.
Melalui sumber-sumber tersebut penulis berharap agar dapat memperoleh informasi dan data secara jelas walaupun tidak seakurat mungkin.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Singkat
Balai Inseminasi Buatan (BIB) didirikan pada tanggal 3 April 1976 oleh Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya. Balai Inseminasi Buatan (BIB) merupakan balai pertama di Indonesia yang memproduksi semen beku ternak besar seperti sapi perah dan sapi potong. Tetapi tidak hanya itu saja balai ini juga memproduksi inseminasi buatan pada sapi, tidak hanya pada sapi saja yang ada di balai ini tetapi ada juga kambing dan kerbau.
Balai Inseminasi Buatan (BIB) telah memproduksi semen beku lebih dari 2.000.000 dosis. Sebagai balai pertama yang didirikan di Indonesia. Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang ada di Lembang yang luas lahannya sekitar 10 hektar yaitu 6 hektar untuk perumahan dan 4 hektar untuk perkebunan.
Selain Balai Inseminasi yang ada di Lembang ada juga Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang ada di Singosari, tetapi Balai Inseminasi Buatan (BIB) di Lembang merupakan balai tertua di Indonesia.

2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Inseminasi Buatan
2.2.1 Tugas Pokok BIB
Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku ternak unggul serta pengembangan inseminasi buatan.

2.2.2 Fungsi BIB
1. Pemeliharaan ternak unggul
2. Pengujian keturunan dan felilisasi pejantan unggul
3. Produksi dan penyimpangaan semen beku
4. Pencatatan dan pemanfaatan semen beku serta pengawasan mutu semen
5. Pengembangan teknik produksi semen beku benih unggul
6. Pemberian saran teknik produksi semen beku benih unggul
7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak dan semen beku
8. Pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan Inseminasi Buatan
9. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul
10. Pengujian kesehatan dan diagnosa penyakit ternak
11. Urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Inseminasi Buatan
Teknologi modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah kemandulan (bagi manusia) dan menghasilkan bibit-bibit unggul (bagi hewan yang dapat menguntungkan manusia), khususnya dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan melalui inseminasi buatan.
Dari hasil kemajuan bioteknologi tersbut, sekarang telah tersedia inseminasi buatan, fertilisasi atau pembuatan in vitro dan rahim kontrak. Kemajuan bioteknologi tersebut apabila diterapkan pada dunia hewan, maka akan mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi manusia. Namun, jika kemajuan bioteknologi diaplikasikan pada manusia, maka akan menghasilkan dampak yang positif dan dampak yang negatif. Dampak posotof dapat diambil dari orang-orang yang telah menikah, tetapi tidak bisa mempunyai anak, maka agar keinginan untuk mempunyai anak dapat terwujud, maka dapat dilakukan dengan melalui bayi tabung atau rahim kontrak. Sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menimbulkan kekacauan dalam sistem keturunan manusia.
Maka sejak tahun 1956 dewan gereja di Roma telah mengutuk kegiatan tersebut dengan alasan bahwa inseminasi buatan dapat memisahkan tindakan prokreasi (kasih sayang terhadap anak, dan anak adalah karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi) dan persatuan cinta. Alasan lainnya yaitu kegiatan inseminasi melibatkan tindakan masturbasi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sperma.
Sampai sekarang mayoritas para teolog moral masih berpegang pada sikap mengutuk terhadap kegiatan inseminasi buatan yang diterapkan pada manusia. Bagaimanapun juga pewaris sifat genetis yang terjadi pada anak melibatkan pihak ketiga bagi pasangan dalam perkawinan. Hal tersebut akan menimbulkan “celaan biologis” serta menyangkut psikologis anak itu sendiri dalam lingkungan sosialnya.
Kenyataannya sekarang, banyak para ahli psikologi yang masih berusaha keras untuk mewujudkan atau mengaplikasikan inseminasi buatan pada manusia. Namun, bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan inseminasi buatan dapat dilakukan atas dasar keputusan bersama guna mewujudkan pernikahan yang harmonis dan bahagia.

3.2 Cara Mereproduksi Semen Beku
Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB). Tahapan-tahapan dalam memproduksi semen beku diantaranya yaitu:
1. Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15 – 18 bulan, tingginya 123 cm dan beratnya minimal 350 kg.
2. Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini harus licin, karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli
3. Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung dimasukan ke vagina buatan.
4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
 Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong
 Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi
 Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka
 Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus
5. Penentuan konsentrasi semen segar
6. Proses pengenceran sperma
7. Proses filing dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25 CC
8. Proses pembekuan
9. After throwing dan water intubator test

3.3 Jenis-Jenis Sapi
Sapi merupakan salah satu jenis hewan mamalia, yang berkembang biak dengan cara melahirkan. Pada dasarnya reproduksi mamalia sama seperti reproduksi pada manusia, terjadi secara seksual melalui proses fertilisasi.
Di Indonesia ada banyak jenis sapi. Ada sapi yang merupakan sapi lokal dan ada sapi keturunan.

3.3.1 Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang cukup tinggi. Penyebarannya telah menyebar luas di seluruh Indonesia, meskipun masih tetap terkonsentrasi di pulau Bali sampai saat ini kemurnian genetis sapi Bali masih terjaga karena ada undang-undang yang mengatur pembatasan masuknya sapi jenis lain ke pulau Bali.
Asal usul sapi Bali adalah Banteng yang telah mengalami penjinakan selama bertahun-tahun. Proses domestikasi (penjinakan) yang cukup lama diduga penyebab sapi Bali lebih kecil dibandingkan dengan Banteng.
Kemampuan reproduksi sapi Bali merupakan yang terbaik diantara sapi-sapi lokal. Hal ini disebabkan sapi Bali bisa beranak setiap tahun. Sapi Bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak perintis.

3.3.2 Sapi Ongole
Sapi Ongole merupakan keturunan sapi Zebu dari India. Berwarna dominan putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir di bawah leher dan berpunuk. Sifatnya yang mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat menyebabkan sapi ini mampu tumbuh secara murni di pulau Sumba, sehingga disebut sapi Sumba Ongole (SO). Persilangan antara sapi Jawa asli (madura) dengan sapi Ongole secara grading up menghasilkan sapi yang disebut sapi peranakan Ongole (PO).
3.3.3 Sapi Fries Holstein (FH)
Sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk mengahsilkan susu ini diintroduksi dari Belanda. Warnanya belang hitam dan putih dengan ciri khusus segitiga pada bagian dahi. Sapi yang tidak berpunduk ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga sapi-sapi jantannya sering dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong. Di beberapa daerah juga dilakukan persilangan antara sapi Jawa asli dengan sapi FH dengan pola grading up dan keturunannya lazim disebut sapi PFH.

3.3.4 Sapi Brahman
Sapi Brahman berasal dari India yang merupakan keturunan dari sapi Zebu. Di Amerika sapi ini dikembangkan cukup pesat karena pola pemeliharaan dan sistem perkawinan yang terkontrol, sehingga penampilan beberapa parameter produksinya melebihi penampilan produksi di negara asalnya. Sapi Brahman mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan tahan gigitan caplak. Pertumbuhan sapi Brahman sangat cepat. Hal ini yang menyebabkan sapi ini menjadi primadona sapi potong untuk negara-negara tropis.

3.3.5 Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos Sandoicus dan Bos Indicus yang tumbuh dan berkembang di Madura. Sapi yang berpunuk ini dikenal dengan sapi jawa asli dengan warna kuning hingga merah bata. Terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Warna hitam terdapat pada telinga dan bulu ekor. Penyebaran sapi Madura telah mengalami erosi genetis, sehingga penampilan produksi yang diukur dari pertambahan berat.

Jenis-jenis sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB)
Di Balai Inseminasi Buatan ada 7 jenis sapi, yaitu :
1. Sapi hitam di panggung simental
2. Cokelat semua li mosin
3. Hitam putih Vresen Holenstain (VH)
4. Hitam Angus
5. Krem jenis Brahman Denole
6. Kopi susu jerse
7. Ongole krem pipih pantat
Tidak hanya sapi yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan, tetapi juga memproduksi :
 Kerbau burah (bule item) bonga
 Kambing dan domba
 Kuda (sekarang tidak dikembangkan lagi)
Makanan sapi yang ada di BIB diantaranya rumput gajah, rumput Afrika, dan konsentrat (dedak, jagung, tepung, ikan, darah mineral dan tulang). Sapi di BIB tidak boleh terlalu gemuk apabila akan diinseminasi karena genetik sapi harus murni. Selain itu, untuk makanan sapi harus ditambahkan protein sebanyak 24%.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Karya tulis dalam tugas sekolah lintas mata pelajaran ini sangat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, khususnya di bidang Inseminasi Buatan pada sapi. Dengan adanya kegiatan penelitian pada Inseminasi Buatan pada sapi ini dapat memahami cara reproduksi sapi. Menambah wawasan ilmu pengetahuan , dan juga memenuhi tugas lintas mata pelajaran di sekolah.
Untuk itu dalam hal ini penulis menyusun karya tulis ini sebagai tolak ukur negara kita dalam hal Inseminasi Buatan pada sapi yang dilakukan di Lembang, Bandung. In isangat berpengaruh untuk pemasukan kas negara atau keuangan negara. Selain itu juga untuk memenuhi bibit ternak sapi unggul yang selalu mengimpor dari negara lain. Selain hal tersebut juga dapat memajukan Indonesia, mensejahterakan warga Indonesia khususnya di bidang peternakan, Inseminasi pada sapi.

4.2 Saran
Sebelumnya penulis minta maaf kepada khalayak yang bersangkutan yakni Balai Inseminasi Buatan (BIB). Penulis sangat yakin jikalau BIB ini maju maka apa yang dibutuhkan negara kita dalam hal pembibitan ternak sapi unggul, pembuatan semen beku ini dapat berbuah hasil yang diinginkan yaitu memperoleh keuntungan.
Kelancaran yang dilakukan selama beberapa tahun yaitu dari tahun 1976 sampai sekarang ini adalah karena berkat kerja keras, usaha atau upaya, saling kerja sama yang dilakukan oleh para karyawan kompak, disiplin dan pantang menyerah dalam menghadapi hambatan dan rintangan, sehingga membuahkan hasil yang memuaskan.
Selain itu dengan apa yang dikaji, digali dan dipelajari apa yang didapat di BIB ini, penulis sangat berharap jikalau penulis berhasil dalam pendidikannya maka akan dengan berat hati, BIB bersedia menerima sebagai karyawan di BIB tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Supriyadi, Edi, dkk. Sigap Biologi 2B. Bandung : CV. Karya Iptek
2. Kusumaatmaja. Muhamad. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis.
3. Akhyar, Moh Salman, 2003. Biologi Untuk SMA Kelas 1. Bandung : Grafindo Media Pratama.
4. Agustini, Dewi. 2002. Bioteknologi. Bandung : PPG Tertulis.
5. BALAI INSEMINASI BUATAN. Lembang, Bandung.

Filed under: MAKALAH BIOLOGI

proposal penelitian

Pengaruh Lingkungan Yang Panas Terhadap Perkembangan
Tumbuhan Lumut Diwilayah Jawa Barat
Khususnya Di Cibodas


P R O P O S A L P E N E L I T I A N

Tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Drs. Dharsana Setiawan. M.sc
Pendidikan Biologi
Semester V

Disusun oleh :
Desi Prihatini
(20054150051)

Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam
Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta

2008


LEMBAR PENGESAHAN

MENYETUJUI,

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. Dharsana Setiawan. M.sc) (Dra. Yulistiana)

MENGETAHUI,

Dekan FT MIPA

Universitas Indraprasta PGRI

(Drs. Supardi)

DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………. i

Lembar pengesahan ……………………………………………………….. ii

Daftar isi …………………………………………………………………… iii

A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1

B. Perumusan Masalah …………………………………………………. 1

C. Ruang Lingkup Masalah …………………………………………….. 1

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 2

E. Pembahasan Kerangka Teori ………………………………………… 2

F. Hipotesis ……………………………………………………………… 3

G. Variabel Penelitian …………………………………………………… 3

H. Metodologi Penelitian ………………………………………………… 4

I. Analisis Data ………………………………………………………….. 4

J. Personalia Penelitian ………………………………………………….. 4

K. Jadwal Penelitian ……………………………………………………… 4

L. Anggaran Biaya ……………………………………………………….. 4

M. Wawancara …………………………………………………………….4

N. Daftar Pustaka…………………………………………………………..5

Pengaruh Lingkungan Yang Panas Terhadap Perkembangan

Tumbuhan Lumut Di Wilayah Jawa Barat

Khususnya Di Cibodas

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis tumbuhan, baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tumbuhan tingkat rendah, tumbuhan yang hidup diperairan atau tumbuhan yang hidup di dataran. Pada penelitian ini Saya mencoba untuk meneliti perkembangbiakan tumbuhan berdasarkan DIVISI BRYOPHYTA (tumbuhan lumut) yang di bedakan menjadi dua kelas yaitu MUSCI (lumut daun) dan Hepaticeae (lumut hati) yang ada di daerah Cibodas. Wilayah Cibodas termasuk wilayah yang dingin atau lembab karena masih terdapat pepohonan. Jumlah kendaraan yang sedikit sehingga kadar polusi pun masih minimum, oleh karena itu tumbuhan lumut daun (Musci) dan Lumut hati (hepaticeae) dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya agar ia dapat hidup dan berkembang secara baik untuk melestarikan habitatnya. Tumbuhan lumut ini dapat tahan pada terestrial yang lembab sehingga banyak dibudidayakan didaerah Cibodas dan perawatannya pun juga tergolong mudah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan judul yang Saya ambil, Saya dapat merumuskan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Adaptasi terhadap perubahan iklim yang mulai terjadi

2. Bagaimana perkembang biakan pada lumut

3. Adaptasi terhadap lingkungan tempat tinggal

4. Bagaimana cara pergiliran keturunan pada lumut

C. Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah berdasarkan penelitian yang Kami ambil adalah diwilayah Jawa Barat tepatnya didaerah Cibodas

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara perkembang biakan lumut baik itu lumut daun (Musci) maupun lumut hati (Hepaticeae)

2. Mengetahui jumlah populasi tumbuhan lumut didaerah Cibodas

3. Ada tidaknya pengaruh perubahan lingkungan terhadap DIVISI BRYOPHYTA (Tumbuhan Lumut)

4. Mengetahui bagaimana cara pergiliran keturunan pada tumbuhan lumut.

E. Pembahasan Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang Kami ambil, tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang hidup dan telah menyesuaikan diri dengan lingkungan darat khususnya ditempat-tempat yang lembab dan basah. Lumut dapat hidup mulai dari daratan rendah hingga daratan tinggi, dan dari daerah tropis hingga daerah padang tundra di kutub. Hanya beberapa spesies lumut saja yang dapat hidup di air. Didaerah hutan hujan tropis, lumut tidak hanya hidup ditanah dan bebatuan, tetapi juga hidup subur menutupi dedaunan tumbuhan lain. Tumbuhan lumut yang hidup menempel pada dedaunan disebut epifit, dan hutannya disebut hutan lumut. Tubuh lumut terdiri atas banyak sel yang tak berdinding selulosa. Didalam sel terdapat plastida yang mengandung klorofil, sehingga tumbuhan lumut bersifat autotrof. Dalam klasifikasi lumut dimasukan kedalam satu DIVISI BRYOPHYTA dengan anggota lebih kurang 25.000 spesies. Tumbuhan yang termasuk divisi ini belum memiliki jaringan penunjang dan jaringan pengangkut, sistem pengangkutan zat-zat didalam tubuhnya berlangsung secara difusi dari sel ke sel yang tersusun seperti jala. Adapun perkembang biakan lumut baik secara seksual dan secara aseksual, perkembang biakan secara seksual berlangsung dengan cara penyatuan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Berdasarkan kedudukan gametangiumnya, lumut dapat dibedakan menjadi lumut berumah satu dan lumut berumah dua. Lumut berumah satu adalah lumut yang dalam satu individu terdapat anteridium dan arkegonium, misalnya lumut daun. Sedangkan lumut berumah dua adalah bila dalam satu individu hanya terdapat anteridium saja, misalnya lumut hati. Perkembang biakan secara aseksual dapat terjadi dengan banyak cara, antara lain :

1. Membentuk tunas pada pangkal batang dan selanjutnya tunas terlepas dan berkembang menjadi individu baru.

2. Membentuk stolon

3. Batang lumut yang bercabang-cabang mati, lalu cabangnya tumbuh dan berkembang menjadi individu baru .

4. Protonema primer membentuk individu baru.

5. Protonema putus-putus menjadi banyak protonema, dan

6. Membentuk kuncup

F. Hipotesis

Dari penelitian yang telah Saya teliti, Saya dapat mengambil dugaan bahwa tumbuhan lumut hanya dapat hidup pada dataran tinggi, sebab pada dataran tinggi mempunyai suhu yang dingin dan lembab sehingga membantu mempertahankan jumlah populasi tumbuhan lumut diwilayah jawa barat tepatnya didaerah cibodas. Perkembang biakannya pun hanya terjadi secara aseksual dengan bantuan tangan manusia, tumbuhan lumut mengandung plastida yang didalamnya mengandung klorofil, sehingga tumbuhan lumut bersifat autotrof.

G. Variabel Penelitian

Berdasarkan penelitian yang Saya lakukan mengenai tumbuhan lumut didaerah Cibodas, variabel penelitian dapat Saya ukur dari banyknya jumlah populasi lumut daun (musci) dan jumlah populasi lumut hati (Hepaticeae) dan bagaimana cara adaptasi dari tumbuhan lumut pada dataran tinggi yang memiliki suhu yang lembab. Dengan adanya alat ukur tersebut Saya dapat mengetahui bagaimana melestarikan tumbuhan lumut agar tidak punah dan dapat bermanfaat untuk lingkungan khususnya para pelajar agar dapat membantu dalam penelitian yang terdapat didalam kegiatan belajar-mengajar baik disekolah maupun di perguruan tinggi.

H. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang Saya ambil adalah penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan mengenal masalah pengaruh lingkungan terhadap perkembangan tumbuhan lumut, baik lumut daun (Musci) maupun lumut hati (Hepaticeae)

I. Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang Saya lakukan adalah dengan cara observasi ke objek penelitian dan melakukan wawancara kepada Guide tumbuhan lumut didaerah Cibodas.

J. Personalia Penelitian

Konsultan : Drs. Dharsana Setiawan. M.Sc

Dra. Yulistiana

Pelaksana : Desi Prihatini

Fauzan Marbawi. Amd

K. Jadwal Penelitian

Hari : Minggu

Tanggal : 6 Januari 2008

Jam : 10.00 WIB s/d selesai

Tempat : Riset Dunia Lumut Cibodas

L. Anggaran Biaya

Transportasi : Rp. 200.000

Dokumentasi : Rp. 100.000

Tip : Rp. 100.000

Biaya tak terduga : Rp. 100.000

jumlah :Rp. 500.000

M. Wawancara

Nama : Syarifudin

Pekerjaan : Wiraswasta

Umur : 27 Tahun

Hari : Minggu

Tanggal : 6 Januari 2008

Waktu : 10.00 WIB

Pertanyaan :

1. Bagaimana cara tumbuhan lumut berkembang biak ?

2. Apakah tumbuhan lumut hanya dapat bertahan didataran tinggi ?

3. bagaimana cara pergiliran keturunan pada tumbuhan lumut ?

4. apakah manfaat dari merawat tumbuhan lumut dan adakah nilai ekonomisnya?

5. apa saja bagian-bagian dari organ tumbuhan lumut ?

6. apakah faktor lingkungan yang panas dapat memmpengaruhi perkembangan tumbuhan lumut ?

7. apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan lumut ?

N. DAFTAR PUSTAKA

Prawirohartono, Slamet.1999. Sains Biologi. Jakarta : Bumi Aksara

Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. TAksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Selasa, 10 Agustus 2010

AK-47

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
AK-47 (data di bawah untuk AK-47 Tipe 1)
AK-47 Tipe 2. Ini adalah varian pertama yang menggunakan receiver tipe machined.
AK-47 Tipe 2, varian pertama yang memakai receiver tipe machined.
Tipe Senapan serbu
Negara asal Uni Soviet
Sejarah pemakaian
Masa penggunaan 1949
Digunakan oleh Uni Soviet, banyak lainnya
Sejarah produksi
Perancang Mikhail Kalashnikov
Tahun 1947
Jumlah produksi Di atas 100 juta[1]
Varian Lihat Varian
Spesifikasi
Berat 4,3 kg
Panjang 870 mm (34¼ inci)
Panjang Laras 415 mm (16,3 inci)

Magazen 7,62 x 39 mm
Mekanisme Operasi gas, bolt berputar
Rata² tembakan 600 butir/menit
Kecepatan peluru 710 m/s
Jarak efektif 300 m
Amunisi Magazen box 30 butir,
Magazen box RPK 40 butir,
Magazen drum RPK 75 butir
Alat bidik Bidikan besi

AK-47 (singkatan dari Avtomat Kalashnikova 1947, Rusia: Автомат Калашникова образца 1947 года) adalah senapan serbu yang dirancang oleh Mikhail Kalashnikov, diproduksi oleh pembuat senjata Rusia IZhMASh, dan digunakan oleh banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin. Senapan ini diadopsi dan dijadikan senapan standar Uni Soviet pada tahun 1947.[2] Jika dibandingkan dengan senapan yang digunakan semasa Perang Dunia II, AK-47 mempunyai ukuran lebih kecil, dengan jangkauan yang lebih pendek, memakai peluru dengan kaliber 7,62 x 39 mm yang lebih kecil, dan memiliki pilihan tembakan (selective-fire). AK-47 termasuk salah satu senapan serbu pertama dan hingga kini merupakan senapan serbu yang paling banyak diproduksi.[2][3]

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah

[sunting] Latar belakang desain

Pada Perang Dunia II, Jerman menciptakan konsep senapan serbu. Konsep ini didasari pengalaman bahwa pertempuran modern lebih banyak terjadi pada jarak yang cukup dekat, yaitu sekitar 100 meter. Tenaga dan jangkauan peluru pada saat itu ternyata terlalu besar. Maka, Jerman mulai mengembangkan peluru dan senapan yang mempunyai sifat submachine gun (isi magazen banyak dan bisa menembak full-otomatis) dengan peluru yang jangkauannya bisa sampai 300 meter. Dengan mempertimbangkan biaya produksi, ini dicapai dengan memendekkan peluru 7,92 x 57 mm Mauser menjadi ukuran 33 mm yaitu 7,92 x 33 mm Kurz (Kurz berarti pendek).

Hasil akhirnya, Sturmgewehr 44 (StG44), memang bukan senapan pertama yang menggunakan konsep ini; sebelumnya Italia dan Uni Soviet pernah merancang konsep yang serupa. Tetapi, Jerman adalah yang pertama untuk memproduksi masal senapan mereka. Jerman banyak menggunakan senapan baru mereka untuk menghadapi Soviet di Front Timur. Pengalaman Uni Soviet melawan Jerman inilah yang mempengaruhi doktrin Soviet pada tahun-tahun berikutnya.

Berdasarkan doktrin Soviet, Mikhail Kalashnikov mulai memikirkan desain senapannya sejak di rumah sakit, setelah terluka pada pertempuran di Bryansk. Ia mendapat informasi bahwa sebuah senjata baru sedang dicari, untuk dipakai dengan peluru 7,62 x 41 mm yang dibuat oleh Elisarov dan Semin pada 1943. Tapi kali itu, desain Kalashnikov kalah melawan desain Sudayev, yaitu PPS43. Kalashnikov mengubah desain pertamanya setelah ia mempelajari StG44 Jerman pada tahun 1946. Karena rancangannya cukup mengesankan, Kalashnikov lalu dipilih untuk memimpin sebuah tim desain.

[sunting] Konsep desain

Meskipun mirip, Mikhail Kalashnikov menyangkal bahwa desainnya dibuat berdasarkan StG44 Jerman. AK-47 lebih tepat dikatakan sebagai campuran dari inovasi-inovasi pada tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, mekanik AK-47 lebih mirip M1 Garand daripada senapan-senapan Jerman. Locking lugs ganda, unlocking raceway, dan mekanisme pelatuk telihat mirip desain Amerika tersebut.[4] Ini adalah hal yang wajar, mengingat bahwa jutaan M1 Garand telah sukses dipakai di segala penjuru dunia. Walau secara mekanis mirip dengan M1 Garand, konsep peluru, tata letak komponen, sistem gas, dan metode perakitan AK-47 jelas mirip dengan StG44.[5]

Jeniusnya AK-47 adalah, bahwa desainnya paling tepat untuk produksi masal. Jadi AK-47 berhasil menggabungkan keunggulan M1 Garand dengan StG44, dan bisa diproduksi dengan cepat oleh Uni Soviet pada saat itu.

[sunting] Perkembangan receiver

AK-47 Tipe 3A (atas), dengan pendahulunya, senapan SKS.
AKMS dengan receiver Tipe 4B (atas), dan AK-47 dengan Tipe 2A.

Pada awalnya produksi receiver (bagian badan senapan yang berisi mekanisme penembakan) menemui banyak masalah. Model produksi pertama menggunakan receiver yang terbuat dari stamping (cetak besi) lembaran logam. Masalah yang ditemui adalah sulitnya mengelas railing pemandu dan ejektor, yang akhirnya menyebabkan banyaknya penolakan.[6] Tapi masalah ini tidak menghentikan produksi, sebagai penyelesaiannya, receiver stamping logam digantikan dengan receiver machined (dibentuk dengan alat/mesin khusus).[7] Proses ini memang lebih mahal, tapi untungnya alat-alat dan pekerja yang dibutuhkan sudah tersedia, sebelumnya dipakai untuk produksi Mosin-Nagant. Karena masalah-masalah tadi, Uni Soviet baru bisa mendistribusikan senapan-senapan ini secara luas pada tahun 1956. Pada saat yang bersamaan, produksi senapan pendahulu AK-47, SKS, tetap berlanjut.[7]

Setelah masalah produksi berhasil diselesaikan, pada tahun 1959 sebuah rancangan baru dirumuskan dan diberi nama AKM (M untuk modernisasi—dalam bahasa Rusia: Автомат Калашникова Модернизированный).[8] Model baru ini menggunakan receiver stamping logam dan dilengkapi sebuah muzzle break di ujung laras, untuk mengurangi tendangan. Selain itu ditambahkan juga penahan hammer (palu pemukul peluru) agar senapan bisa menembak dengan baik pada pilihan tembakan full-otomatis.[9] Model baru ini lebih ringan dari model awal, sekitar dua-pertiga berat awal.[8] Mayoritas produksi senapan Kalashnikov di luar Rusia, dengan lisensi maupun tanpa lisensi, menggunakan model AKM ini, karena mudahnya pembuatan receiver stamping. Model inilah yang paling banyak ditemui dan diproduksi di seluruh dunia. Tetapi, hampir semua senapan buatan Kalashnikov biasa disebut AK-47, ini adalah keliru, sebab AK-47 hanya adalah senapan-senapan yang menggunakan tiga model receiver paling awal.[10] Gambar di samping memperlihatkan perbedaan antara receiver machined AK-47 Tipe 2, dengan receiver stamping AKM Tipe 4, misalnya digunakannya sekrup dan bukan pengelasan, serta perbedaan lesung kecil di atas magazen.

Tipe receiver Penjelasan
Tipe 1A/B Receiver stamping AK-47 pertama. -1B dimodifikasi untuk popor lipat. Yaitu sebuah lubang tersedia pada kedua sisi, untuk dipasang popor lipat ke bawah. (penamaan B ini tetap sama untuk selanjutnya)
Tipe 2A/B Menggunakan besi machined.
Tipe 3A/B Versi "final" receiver machined, terbuat dari baja. Receiver AK-47 yang paling banyak ditemui.
Tipe 4A/B Receiver stamping AKM. Desain yang paling banyak dipakai pada pembuatan senapan AK.

[sunting] Fitur

Prajurit Romania dengan AIMS, AKMS buatan Romania.

AK-47 adalah senapan yang sederhana, tidak mahal untuk diproduksi, dan mudah dibersihkan dan dirawat. Ketahanan dan kehandalannya terkenal legendaris.[11][12][13][14] Piston gasnya yang besar, keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekaniknya, dan desain pelurunya, membuat AK-47 bisa tetap menembak dengan lancar walaupun komponen dalamnya terisi kotoran atau benda asing. Tapi kehandalan ini sedikit mengorbankan akurasi, karena toleransi yang besar pada bagian mekaniknya tidak menjamin ketepatan dan kekonsistenan yang terdapat pada senapan-senapan yang lebih akurat.

Bidikan belakang AK-47 bisa diatur, dengan setingan jarak yang selisihnya masing-masing 100 meter. Bidikan depan juga bisa diatur setingan elevasinya di lapangan. Dan setingan horizontal diatur di gudang senjata sebelum diberikan ke pemakai. Setingan bidikan standar diatur untuk menempatkan peluru beberapa sentimeter di atas atau di bawah titik yang dibidik, pada jarak 250 meter. Setingan "point-blank" seperti ini dipakai agar penembak tidak perlu merubah setingan alat bidik pada jarak dekat. Setingan seperti ini sama dengan yang digunakan untuk Mosin-Nagant dan SKS, agar memudahkan masa peralihan dan pelatihan.

Lorong laras dan kamar peluru, serta piston gas dan interior silinder gas AK-47 biasa dilapisi dengan krom. Ini sangat membantu memperpanjang umur alat-alat tersebut, karena mencegah korosi dan karat. Dan ini sangat penting, mengingat amunisi pada abad ke-20 sering berisi unsur merkuri yang korosif, yang mengharuskan pembersihan secara rutin untuk mencegah kerusakan. Pelapisan krom pada bagian-bagian penting senapan sekarang sudah lazim pada senjata-senjata modern.[15]

[sunting] Pengaruh terhadap kebudayaan

Pada masa Perang Dingin, Uni Soviet, Tiongkok, dan Amerika Serikat memberikan peralatan dan teknologi kepada negara-negara sekutu mereka, beserta pasukan-pasukan pemberontak yang mereka dukung. Pada masa itu terjadi penyebaran besar-besaran AK-47 oleh Uni Soviet dan Tiongkok kepada negara-negara dan grup-grup pro-komunis, misalnya Sandinista Nikaragua dan Viet Cong. Desain AK-47 disebarkan ke 55 angkatan bersenjata dunia.[1]

Penyebaran AK-47 ini tidak hanya terlihat dari jumlahnya saja, AK-47 ada di dalam bendera dan lambang Mozambik. Selain itu juga terdapat pada lambang Burkina Faso, dan bendera Hizbullah. "Kalash", kependekan dari "Kalashnikov", dipakai sebagai nama anak laki-laki di beberapa negara di Afrika.

Di Amerika, pembuat film sering mempersenjatai penjahat dan teroris dengan AK-47. Banyak pula permainan komputer, permainan video, dan lagu-lagu rap yang menampilkan AK-47. Pembuat mainan dan industri airsoft juga memproduksi jutaan replika AK-47.

[sunting] Varian

Seorang prajurit Romania membantu seorang prajurit AS menembakan RPK, versi senapan mesin ringan dari AK-47.

Varian-varian Kalashnikov adalah:

  • AK-47 1948–51, 7,62 × 39 mm — Model paling awal, yang menggunkan receiver stamping Tipe 1, dan sudah sangat langka.
  • AK-47 1952, 7,62 x 39 mm — Menggunakan receiver machined dengan popor dan pegangan kayu. Laras dan kamar peluru dilapisi krom untuk mencegah korosi. Berat senapan 4,2 kg.
  • AKS-47 — Menggunakan popor lipat ke bawah yang mirip popor MP40 Jerman.
  • RPK, 7,62 x 39 mm — Versi senapan mesin, dengan laras yang lebih panjang dan bipod (penyangga kaki 2).
  • AKM, 7,62 x 39 mm — Lebih sederhana dan lebih ringan dari AK-47; menggunakan receiver Tipe 4 yang terbuat dari logam stamping. Berat menurun jadi 3,61 kg, karena receiver yang lebih ringan.
  • AKMS, 7,62 x 39 mm — Versi AKM yang menggunakan popor lipat ke bawah atau ke samping.
  • AKMSU, 7,62 x 39 mm — Versi pendek dari AKM yang menggunakan popor lipat ke bawah. Panjang laras 35 cm.
  • Seri AK-74, 5,45 x 39 mm — Lihat artikel utama.
  • Seri AK-101, 5,56 x 45 mm — Lihat artikel utama.
  • Seri AK-103, 7,62 × 39 mm — Lihat artikel utama.
  • Seri AK-107/108 — Lihat artikel utama.

Pada tahun 1978, Uni Soviet mulai menggantikan senapan AK-47 dan AKM dengan rancangan yang lebih baru, yaitu AK-74.

[sunting] Produksi di luar Rusia

AKM buatan Romania, AIM. Receiver Tipe 4A.
KbK AK/PMK buatan Polandia. Receiver Tipe 3A.
Kbk AKS/PKMS buatan Polandia. Receiver Tipe 3B.
Kbk AK/PNG60 buatan Polandia. Dengan pelontar granat dan magazen khusus untuk menembakan granat. Receiver Tipe 3A.

Yang terdaftar hanya varian militer saja. Rangkuman dari informasi yang terdapat pada buku Poyer, The AK-47 and AK-74 Kalashnikov Rifles and Their Variations.

Negara Varian
Albania Tidak diketahui.
Bulgaria AKK (Tipe 3 AK-47), AKKS (Tipe 3 dengan popor lipat samping)
AKKMS (AKMS) AKKN-47 (bisa dipasang bidikan malam NPSU)
AK-47M1 (Tipe 3 dengan polimer hitam menggantikan kayu)
AK-47MA1/AR-M1 (sama dengan M1, tapi memakai peluru 5,56 mm NATO)
AKS-47M1 (AKMS memakai 5,56 mm NATO), AKS-47MA1 (sama dengan AKS-47M1, tapi hanya semi-automatis)
AKS-47S (AK-47M1, versi pendek, popor lipat Jerman Timur, alat bidik laser)
AKS-47UF (versi pendek -M1, popor lipat Rusia), AR-SF (sama dengan -47UF, tapi memakai 5,56 mm NATO)
AKS-93SM6 (serupa dengan -47M1, tidak bisa dipasang pelontar granat)
RKKS, AKT-47 (senapan latihan, kaliber .22)
Jerman Timur MPi-K (AK-47), MPi-KS (AKS), MPi-KM (AKM), MPi-KMS72 (AKMS)
Mesir AK-47, MISR 7.62 (AKM), Maadi
Hungaria AKM-63, AMD-65, AMD-65M, AMMSZ, AMP, NGM 5,56
Irak Tabuk (M70B1, and M70AB2)
Senapan runduk Tabuk (M70B1 dengan laras 23,6 inci, alat bidik optik, dan popor khusus)
Myanmar MA1, MA4 (berdasarkan buatan Tiongkok, menggunakan peluru kaliber NATO)
Korea Utara Type 58A (Type 3 AK-47), Type 58B (popor lipat besi), Type 68A (AKM-47), Type 68B (AKMS)
Tiongkok Type 56 Rifle (bukan Karabin), Type 81, Type 87
Polandia Kbk AK/PMK (AK-47), Kbk AKS/PKMS (AKS), Kbk Ak PNG60, Kbk AKM/PMKM (AKM), KbK AKMS/PMKMS, Kbk wz. 88 Tantal (AK-74 dengan popor lipat samping), Kbk wz. 96 Beryl
Romania AI (AK-47), AIS (AKS), AIM, AIMS (AKM, AKMS), AIR
Yugoslavia M70, M70A, M70AB2 M64 (AK-47 dengan laras lebih panjang), M64A (dengan pelontar granat), M64B (M70 dengan popor lipat)

×

[sunting] Lisensi

Rusia telah berkali-kali mengatakan bahwa mayoritas produsen ini memproduksi AK-47 tanpa lisensi dari IZhMASh.[16][17] Perusahaan IZhMASh sendiri telah mematenkan AK-47 pada tahun 1999, dan seharusnya paten ini mencegah produksi senapan yang tanpa izin.[1][10]

[sunting] Lihat pula